Selasa, Juni 23, 2009

LIMA SOPIR HARDTOP YANG DIBUNUH OLEH PASUKAN TPN/OPM GOLIATH TABUNI ADALAH INTEL KOPASSUS BERPANGKAT PERWIRA By SPMNews Ndugu-Ndugu


Perang Gerilya

LIMA SOPIR HARDTOP YANG DIBUNUH OLEH PASUKAN TPN/OPM GOLIATH TABUNI ADALAH INTEL KOPASSUS BERPANGKAT PERWIRA
By SPMNews Ndugu-Ndugu

DETY

MULIA - (SPMNews) -- LIMA ORANG sopir mobil Hardtop dan seorang pembantu mereka yang dibunuh oleh Pasukan TPN/OPM Pimpnan MajGen. TPN PB Goliath Tabuni pada tanggal 12 Oktober 2004 lalu ketika mereka sedang melintasi jalan trans Wamena-Mulia adalah anggota Intelijen Kopassus berpangkat perwira. Mereka dibunuh berkat informasi penyamaran mereka itu dibongkar oleh Intelijen Indonesia sendiri di Wamena Kota yang menjual informasi itu kepada pihak TPN/OPM.

Pasukan Maj. TPN PB Goliath Tabuni yang mengetahui informasi itu langsung menghadang mereka, dan setelah diselidiki, ternyata mereka adalah Anggota Kopassus berpangkat Perwira yang sedang melakukan penyamaran. Pasukan TPN/OPM menemukan Kartu Anggota, Senjata dan ribuan butir peluru serta Bahan Makanan yang mereka bawa dari Wamena sebagai logistik bagi Satgas Ban II Kopassus yang bermarkas di Mulia, Puncak Jaya.

Utusan Gen. Goliath Tabuni yang ditemui SPMNews Crew di Ilaga beberapa hari lalu sangat terkejut ketika SPMNews menyodorkan Lembaran Berita yang di Copy dari Website Departemen Pertahanan Rep. Indonesia (http://www.dephan.go.id), yang menyebutkan bahwa mereka yang dibunuh itu adalah Warga Sipil.

"Kami punya bukti! Kartu Anggota mereka ada ditangan kami! Pada saat digeledah, ternyata mereka membawa senjata, peluru dan Bahan Makanan untuk Satgas Ban II Kopassus yang ada di Mulia. Rusli, Deni, Djafar, Triyono dan Ali itu hanya nama samaran yang diberikan oleh TNI/POLRI dan Pemda Puncak Jaya kepada mayat-mayat Kopassus itu dan disebarluaskan kepada publik melalui Pers." Jelas utusan itu dengan nada marah.

Sampai berita ini diturunkan, situasi di Puncak Jaya masih mencekam karena kejahatan dan kebuasan TNI/POLRI terhadap warga sipil sulit dibendung. Ribuan warga sipil yang mengungsi karena dikejar oleh TNI/POLRI masih tersebar di hutan-hutan dan gunung-gunung. Mereka menderita karena kelaparan, keletihan dan sakit karena diserang berbagai penyakit.

Selakipun demikian, Tim Investigasi Puncak Jaya yang dibentuk untuk menyelidiki kasus tersebut di lapangan belum mengumumkan hasil investigasi. Menurut mereka, hasil itu tidak perlu diumumkan karena Gen. Goliath Tabuni adalah sosok kanibal yang telah melanggar HAM Warga Non Papua yang ingin hidup aman di atas Tanah Papua dengan membunuh warga sipil Non Papua, yakni 5 Orang Sopir Hardtop dan 1 Orang pelayan mereka.

Dari pantauan SPMNews Crew, Tim Investigasi Puncak Jaya menyebar isu ini berdasarkan petunjuk TNI/POLRI. Mereka juga sengaja mengelabui publik karena Dana Investigasi sebesar Rp. 20 Juta sudah ludes ditangan Dorrus Wakum dari Kontras Papua, Ferry Marisan dari Elsham Papua dan Henny Arobaya, Anggota DPRD Provinsi Papua.

Elsham Papua secara lembaga membela dan melindungi Ferry Marisan dari manipulasi Dana Investigasi dengan membesar-besarkan penghargaan berupa Human Rights Awards dari Forum Pasifik Selatan yang diterima Lembaga itu beberapa waktu lalu. Direkturnya, Aloysius Renwarin, SH sempat tampil di Program Lensa Papua yang disiarkan oleh TVRI ketika debat tentang penggelapan dana investigasi semakin gencar di internet yang membuat dirinya berang dan hampir memukul Jefrry Pagawak. Wawancaranya di TVRI ternyata sangat ampuh karena publik di Tanah Papua berhasil dikelabui oleh Elsham Papua. Rakyat Papua ramai membicarakan Award yang diterima Elsham sedangkan kejahatannya dalam membela dan melindungi Aktivisnya yang terbukti mencuri maupun tindakan berkarakter militeristik yang didemonstrasikan secara langsung oleh Direktur-nya dilupakan begitu saja. (KaOnAk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar