MILITER INDONESIA MENYERANG MARKAS BESAR PERTAHANAN TPN/OPM KODAP III KALI KOPI DI TIMIKA By.YOMAN WENDA OMA WANDOAK TIOM Mar 13, 2005, 18:54
TIMIKA - (SPMNews) -- OPERASI Penyerangan secara membabi buta ke Markas Besar TPN/OPM Kodap III Kali Kopi Mimika oleh aparat Militer Indonesia di Mimika, pukul 13.48 WPB, Minggu (06/03) lalu. Dalam penyerangan ini telah terjadi tembak menembak yang sengit. TNI yang datang dalam jumlah besar dengan peralatan lengkap siap tempur telah berhasil menewaskan salah seorang anggota MABES Pertahanan TPN/OPM Kodap III Kali Kopi.
Peristiwa penyerangan secara besar-besaran ke Markas Besar TPN/OPM Kodap III Kali Kopi TNI tidak berhasil menemukan Panglima Pertahanan Gen.TPN/PB Kelly Kwalik. TNI hanya bertemu dengan 7 orang anggota TPN/PB yang baru tetapi TNI kalang kabut menghadapi mereka. Penyerangan ini, TNI telah menembak seorang anggota TPN/PB Markus Stugmol. Sementara di pihak TNI ada beberapa yang kena tembak dan luka-luka berat. Sampai berita ini diturunkan situasi masih perang dan tegang di Markas Besar Pertahanan Kodap III Kali Kopi.
Pangdam XVIII Trikora dan Dandim Mimika sangat kecewa karena dalam Operasi Penyerangan besar-besaran secara membabi buta ini tidak berhasil menemukan Panglima Kodap III.
Panglima MABES TPN/OPM Kodap III Kali Kopi telah berpindah ke tempat lain dan hanya menempatkan 7 orang anggota TPN untuk tugas jaga. TNI salah menerima informasi Intelijen yang mengakibatkan susahnya menemukan keberadaan Panglima MABES TPN/OPM Kodap III Kali Kopi dalam operasi penyerangan membabi buta ini karena Tuan Panglima dan para perwira TPN/PB lain telah berpindah ke tempat.
AMP-TIMIKA berhasil bertemu dengan Gen. TPN/PB Kelly Kwalik, Panglima Kodap III TPN/OPM. Dalam pertemuan itu, Gen. Kelly Kwalik mengatakan bahwa "kami masih bertahan, saya tinggal baik-baik di Markas. Mengapa TNI datang ke rumah saya ? tanpa permisi bongkar saya punya rumah ? mereka datang sampai Jual jadi saya tetap Beli terus sampai saya akan masuk ke kota. Kami tidak mengemis ke Pemerintah Indonesia. kami tinggal bertahan di hutan rimbah tapi mereka cari apa disini ? sampai masuk ke hutan besar ini. Idonesia punya kampung dimana, Indonesia punya dusun dimana, Indonesia punya bekas kebun dimana. Perjuangan kami murni untuk pembebasan Tanah Papua dari penjajahan kolonialisme NKRI, bukan untuk cari gara-gara".
Gen. TPN/PB Kelly Kwalik, Panglima Kodap III TPN/OPM meminta kepada mahasiswa, rakyat Papua, rakyat Indonesia dan dunia internasional untuk melihat dan mempelajari peta konflik 2005 yang sedang dirancang oleh NKRI untuk dijalankan oleh TNI/POLRI di seluruh Tanah Papua. kehadiran Militer TNI/POLRI, Pemerintah Indonesia atas tanah Papua adalah sebagai upaya memusnahkan orang Papua dari tanah Papua dan sebagai tempat mencari makan untuk kenaikan pangkat, jabatan dan uang.
Pesan saya, mari kita pelajari tindak tanduk mereka, demi kemerdekaan Manusia, Binatang, Tumbuhan dan Tanah Papua tercinta!
LIMA SOPIR HARDTOP YANG DIBUNUH OLEH PASUKAN TPN/OPM GOLIATH TABUNI ADALAH INTEL KOPASSUS BERPANGKAT PERWIRA By SPMNews Ndugu-Ndugu DETY
MULIA - (SPMNews) -- LIMA ORANG sopir mobil Hardtop dan seorang pembantu mereka yang dibunuh oleh Pasukan TPN/OPM Pimpnan MajGen. TPN PB Goliath Tabuni pada tanggal 12 Oktober 2004 lalu ketika mereka sedang melintasi jalan trans Wamena-Mulia adalah anggota Intelijen Kopassus berpangkat perwira. Mereka dibunuh berkat informasi penyamaran mereka itu dibongkar oleh Intelijen Indonesia sendiri di Wamena Kota yang menjual informasi itu kepada pihak TPN/OPM.
Pasukan Maj. TPN PB Goliath Tabuni yang mengetahui informasi itu langsung menghadang mereka, dan setelah diselidiki, ternyata mereka adalah Anggota Kopassus berpangkat Perwira yang sedang melakukan penyamaran. Pasukan TPN/OPM menemukan Kartu Anggota, Senjata dan ribuan butir peluru serta Bahan Makanan yang mereka bawa dari Wamena sebagai logistik bagi Satgas Ban II Kopassus yang bermarkas di Mulia, Puncak Jaya.
Utusan Gen. Goliath Tabuni yang ditemui SPMNews Crew di Ilaga beberapa hari lalu sangat terkejut ketika SPMNews menyodorkan Lembaran Berita yang di Copy dari Website Departemen Pertahanan Rep. Indonesia (http://www.dephan.go.id), yang menyebutkan bahwa mereka yang dibunuh itu adalah Warga Sipil.
"Kami punya bukti! Kartu Anggota mereka ada ditangan kami! Pada saat digeledah, ternyata mereka membawa senjata, peluru dan Bahan Makanan untuk Satgas Ban II Kopassus yang ada di Mulia. Rusli, Deni, Djafar, Triyono dan Ali itu hanya nama samaran yang diberikan oleh TNI/POLRI dan Pemda Puncak Jaya kepada mayat-mayat Kopassus itu dan disebarluaskan kepada publik melalui Pers." Jelas utusan itu dengan nada marah.
Sampai berita ini diturunkan, situasi di Puncak Jaya masih mencekam karena kejahatan dan kebuasan TNI/POLRI terhadap warga sipil sulit dibendung. Ribuan warga sipil yang mengungsi karena dikejar oleh TNI/POLRI masih tersebar di hutan-hutan dan gunung-gunung. Mereka menderita karena kelaparan, keletihan dan sakit karena diserang berbagai penyakit.
Selakipun demikian, Tim Investigasi Puncak Jaya yang dibentuk untuk menyelidiki kasus tersebut di lapangan belum mengumumkan hasil investigasi. Menurut mereka, hasil itu tidak perlu diumumkan karena Gen. Goliath Tabuni adalah sosok kanibal yang telah melanggar HAM Warga Non Papua yang ingin hidup aman di atas Tanah Papua dengan membunuh warga sipil Non Papua, yakni 5 Orang Sopir Hardtop dan 1 Orang pelayan mereka.
Dari pantauan SPMNews Crew, Tim Investigasi Puncak Jaya menyebar isu ini berdasarkan petunjuk TNI/POLRI. Mereka juga sengaja mengelabui publik karena Dana Investigasi sebesar Rp. 20 Juta sudah ludes ditangan Dorrus Wakum dari Kontras Papua, Ferry Marisan dari Elsham Papua dan Henny Arobaya, Anggota DPRD Provinsi Papua.
Elsham Papua secara lembaga membela dan melindungi Ferry Marisan dari manipulasi Dana Investigasi dengan membesar-besarkan penghargaan berupa Human Rights Awards dari Forum Pasifik Selatan yang diterima Lembaga itu beberapa waktu lalu. Direkturnya, Aloysius Renwarin, SH sempat tampil di Program Lensa Papua yang disiarkan oleh TVRI ketika debat tentang penggelapan dana investigasi semakin gencar di internet yang membuat dirinya berang dan hampir memukul Jefrry Pagawak. Wawancaranya di TVRI ternyata sangat ampuh karena publik di Tanah Papua berhasil dikelabui oleh Elsham Papua. Rakyat Papua ramai membicarakan Award yang diterima Elsham sedangkan kejahatannya dalam membela dan melindungi Aktivisnya yang terbukti mencuri maupun tindakan berkarakter militeristik yang didemonstrasikan secara langsung oleh Direktur-nya dilupakan begitu saja. (KaOnAk)
Pimpinan OPM Goliat Tabuni Masih di Puncak Jaya By KCM Feb 6, 2005, 13:04
Kol. TPN PB Nggoliar Tabuni, Komandan Operasi KODAP III Nemang Kawi
JAYAPURA - Kelompok sipil bersenjata (KSB) atau TPN /OPM pimpinan Goliat Tabuni yang bikin ulah, Selasa (12/10) lalu dan membunuh 6 orang supir truk, tujuan Wamena ke Mulia, tepatnya di Kali Baroge, Tinggi Nambut, Distrik Illu Mulia, Puncak Jaya, serta kembali melakukan aksi penyerangan Jumat (12/11) kepada 13 orang tim Satkorlak, masih berada di daerah Puncak Jaya.
Hal itu dikemukakan Bupati Puncak Jaya, Eliser Renmaur, kepada Pembaruan, Jumat (4/2), di Jayapura. "Goliat Tabuni masih berada di sekitar Puncak Jaya bersama para pengikutnya. Ini saya dapat keterangan pihak gereja disana, "kata Eliser.
Dikatakan, posisi Goliat Tabuni berada di Kampung Tinggineri. "Jadi kalau peristiwa lalu di Tinggi Nambut, kini dia berada di Tinggi Neri. Jarak anatara Tinggi Nambut dan Tinggi Neri sekitar 20 Km. Mereka selalu beergerilya dihutan-hutan serta mencari celah-celah ketidakwaspadaan kita "ujarnya.
Untuk itu, kata dia, antisipasi selalu dilakukan aparat Polri/TNI yang berada disana."Aparat keamanan disana selalu stand bye, pos-pos di Mulia Yogorini, Bukit Senyum dan juga di Udenere, Keliri, Komplek Pasar Mulia, User, Muriambut, Munia, Yugurini. Kami tidak mau peristiwa itu terulang lagi "ujarnya. (ROB/W-5)
Dengan memperhatikan sederetan dari pendekatan teoritis tentang dampak dari kegiatan pariwisata, khususnya yang didasari atas tinjauan perencanaan dan beberapa disiplin lainnya, dimana pembahasan dampak yang meliputi dampak fisik, ekonomi dan sosial budaya maka perlu dilihat implementasi dari teori tersebut di suatu daerah tujuan wisata yang ada di Bali yaitu di desa Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar.
Bali yang menjadi barometer pariwisata Indonesia tidak pernah luput dari dinamika sebagai bagian yang harus dihadapi sebagai kenyataan. munculnya mekanisme pengendalian perkembangan pariwisata yang lebih rapid an berencana sebagaimana yang dikenal dengan Sceto Plan yang awalnya ingin menempatkan atau memposisikan pariwisata Bali dengan antisipasi secara baik terhadap beberapa dampak yang memungkinkan terjadi di masa mendatang. Model Sceto Plan ini terbukti dapat menekan kesemerawutan perkembangan pariwisata Bali, khususnya pada wilayah yang direncanakan dalam model tersebut.
Desa Serangan sebagai salah satu obyek pariwisata di Bali tak luput dari perhatian banyak pihak terutama yang berniat untuk mengembangkan pariwisata dengan melihat potensi yang dimiliki desa Serangan. Jika dilihat secara fisik, sebelum adanya proyek pengembangan pulau Serangan, luas keseluruhan pulau serangan adalah seluas awalnya adalah 112 hektar Sejak adanya proyek pengembangan pulau Serangan oleh PT. Bali Turtle Island Development (BTID) maka ada perubahan yang sangat jelas yang terjadi pada bentuk pulau Serangan tersebut Hal ini disebabkan adanya penambahan luas daratan melalui reklamasi sebanyak 379 hektar sehingga luas seluruhnya setelah direklamasi menjadi 491 hektar (Lemlit Unud, 1995). Proyek yang dibangun dengan mega proyek dan investasi yang menelan biaya ratusan milyard tersebut telah merubah wajah pulau kecil tersebut dengan cara mereklamasi pantai di sebelah timur, selatan, barat daya, dan sebagian di utara pulau Serangan
Sebelum adanya proyek tersebut, Pulau Serangan dengan jelas masih terpisah dari pulau Bali. Sedangkan sejak adanya pengembangan, maka pulau Serangan telah betul-betul terhubung menjadi satu dengan pulau Bali. Maka secara fisik tidak hanya pulau Serangan yang mengalami perubahan, akan tetapi juga pulau Bali itu sendiri. Dari sisi dampak positif, maka hal ini nampak sangat positif, karena masyarakat desa setempat menjadi lebih mudah dalam melakukan kegiatan kepariwisataan atau kegiatan ekonomi lainnya melalui transportasi darat dimana waktu tempuh menuju daratan pulau Bali akan lebih cepat dan lebih mudah.
Disamping dari sisi transportasi, dampak fisik dari pengembangan pulau Serangan adalah juga memberikan peluang kepada penduduk untuk memperluas areal pemukiman, prasarana pariwisata, areal lahan pariwisata pembangunan sarana keagamaan, dan mendukung pelestarian benda cagar budaya. Oleh karena pantai disekitar pulau Serangan adalah pantai yang pasang surut, maka pengurukan atau reklamasi pantai serangan yang dilakukan secara besar-besaran memberikan manfaat positif terhadap perluasan tempat tinggal. Hal ini terlihat dari dipindahkannya 23 KK penduduk yang berada di bagian selatan pulau
Serangan selanjutnya menempati wilayah reklamasi di Banjar Dukuh dan Banjar Kawan. Demikian juga pada pembangunan prasarana pemerintahan khususnya tempat pembangunan Kantor Kepala Desa di Banjar Tengah, dengan pembangunan tersebut menyebabkan lahan pembangunan kantor Kepala Desa tersebut menjadi sangat layak dan lebih baik dari sebelumnya.Dilihat dari kepentingan pariwisata, sejak diadakannya reklamasi secara fisik di pulau Serangan telah memberikan peluang yang lebih luas dan nyaman untuk kegiatan pariwisata seperti untuk memancing, menyaksikan pelestarian penyu serta kegiatan wisata lainnya. Wayan Artana, salah seorang warga desa Serangan mengatakan bahwa dengan adanya pembangunan jalan yang menghubungkan Baypass Ngurah Rai dan pulau Serangan, kunjungan wisatawan nampak lebih banyak karena transport yang menuju desa Serangan lebih mudah dibandingkan dengan sebelum adanya pengembangan pembangunan prasarana pariwisata tersebut. Demikian juga dampaknya terhadap prasarana keagamaaan, dimana pengembangan pembangunan pulau Serangan memberi kontribusi positif terhadap prasana peribadatan berupa perluasan lahan parkir untuk persembahyangan, perluasan lahan untuk antre bagai pada pemedek (umat yang akan bersembahyang) saat piodalan atau hari keagamaan lainnya.
Dengan semakin luasnya wilayah pulau Serangan maka secra positif bagi penduduk setempat merasa lebih nyaman untuk tinggal dan tidak merasa was-was dari kemungkinan terjadi bencana yang berasal dari laut. Daratan yang membentang luas seperti gurun yang masih kosong tanpa ada bangunan fisik, mengisyaratkan bahwa perluasan pulau serangan akan memberikan peluang bagi pembangunan dimasa mendatang, termasuk pembangunan dan pengembangan pariwisata.
Selain dampak positif, dampak negatif yang ditimbulkan secara fisik dari pengembangan pulau Serangan juga bisa terlihat jelas yaitu terjadinya perubahan alur ombak laut pada pesisir pantai dikawasan selatan. Kalau mulanya atau sebelum pengembangan, ombak laut bisa meliuk melalui sela antara pulau Serangan dengan pulau Bali, maka sekarang tidak ada lagi liukan ombak sebagaimana sebelumnya, sehingga ombak laut berubah alur. Dengan perubahan ini, berakibat pada sisi-sisi daerah pesisir pantai lainnya terutama yang berjarak antara 1 sampai 10 mil laut dari pulau serangan. Secara jelas dapat dilihat adalah terjadinya kerusakan pada daerah pantai sekitar Sanur, bahkan sampai ke Padang Galak. Disamping itu juga terjadi dampak terhadap biota laut di sekitar pulau Serangan sebagai akibat menurunnya pasokan aliran air laut yang biasanya menggenangi secara normal terhadap biota laut tersebut.
Dari sisi ekonomi dapat dilihat beberapa contoh positif dari dampak pengembangan pariwisata di desa Serangan, diantaranya; kehidupan masyarakat desa Serangan menjadi semakin maju karena akses munuju wilayah perkotaan menjadi semakin lancer. Masyarakat dapat secara langsung bepergian ke Denpasar melalui kendaraan darat seperti sepeda motor atau mobil, bahkan terkadang ada mobil angkutan umum yang bisa langsung mengantar masyarakat ke tujuannya dengan beban biaya yang ditimbulkan semakin murah. Dengan kondisi yang demikian maka kegiatan ekonomi masyarakat desa Serangan menjadi sangat lancar terutama dalam hal menyalurkan hasil-hasil produksi masyarakat desa. Beberapa dampak positif terhadap kegiatan ekonomi masyarakat adalah adanya bermunculan café-café yang saat ini mencapai 25 buah. Adanya kegiatan pelestarian penyu yang secara ekonomis menghasilkan penangkaran ratusan penyu, sebagaimana yang dilakukan oleh Wayan Artana, salah seorang dari penduduk asli di desa Serangan.
Disamping konservasi, penyu-penyu yang ditangkar juga sering digunakan untuk kebutuhan upacara agama baik bagi masyarakat Serangan sendiri maupun masyarakat dari luar desa Serangan. Dengan adanya usaha tersebut maka secara langsung dapat meningkatkan ekonomi masyarakat desa di pulau Serangan. Selain, kegiatan ekonomi yang telah disebut diatas, di pulau serangan saat ini juga ada pembudi dayaan rumput laut, kegiatan nelayan yang kesemuanya dapat dengan lebih mudah dipasarkan ke luar wilayah pulau Serangan.
Sisi ekonomi lainnya dari pengaruh pengembangan pulau Serangan adalah adanya pemasukan keuangan sebagai kas desa. Pemasukan keuangan terutama berasal dari dana karcis masuk yang dikenakan kepada setiap orang yang memasuki pulau Serangan dengan tarip Rp.1000,- bagi pengendara sepeda motor dan Rp. 2000,- bagi pengendara mobil Pemasukan dari karcis masuk tersebut cukup besar, dimana dananya digunakan untuk menunjang pembangunan desa dan keperluan pemeliharaan sarana-dan prasarana peribadatan yang ada di desa Serangan.
Dari peningkatan ekonomi masyarakat desa Serangan berakibat pada meningkatnya kesadaran dan kemampuan masyarakat pulau Serangan untuk melakukan kegiatan keagamaan. Secara komunal bisa dilihat dengan semakin semaraknya masyarakat untuk melakukan kegiatan keagamaan yang bahkan bisa melakukan kegiatan tersebut hingga pada tingkat utama. Disamping itu juga bisa dilihat dari semakin trampilnya masyarakat desa Serangan dalam bidang penguasaan bahasa internasional, komunikasi internasional, melakukan bisnis pada tingkat internasional, serta melakukan pertukaran budaya di tingkat internasional
Beberapa contoh diatas telah cukup memberi gambaran yang positif terhadap dampak positif yang ditimbulkan oleh perkembangan pariwisata di desa Serangan.. Dengan demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa pariwisata dapat memberikan nilai ekonomi yang sangat besar kepada masyarakat desa Serangan. Dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisata ke Bali, maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat desa Serangan, dan pasti semakin besar pula keuntungan ekonomi yang di raih oleh masyarakat desa tersebut.
Selain dampak fisik, ekonomi yang telah dipaparkan diatas, maka tidak dapat dihindarkan pula adanya dampak sosial budaya yang timbul sebagai akibat pengembangan obyek wisata pulau Serangan . Jika dilihat desa Serangan sebelum dikembangan sebagaimana telah diuraikan di atas, maka nampak seperti terisolir oleh batasan laut. Hal ini sangat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat setempat. Setelah adanya pengembangan maka banyak dampak yang secara sosial budaya baik positif maupun negatif yang muncul. Secara negatif, dengan kondisi seperti sekarang maka beberapa dari masyarakat desa Serangan merasa terangkat secara ekonomi, maka trend kehidupan glamour juga mengikuti. Sebagai contoh, banyak bisa dilihat anggota masyarakat yang menggunakan aksesoris yang secara sisial budaya tidak mencerminkan keaslian dari masyarakat setempat. Adanya peningkatan arogansi komunal yang dicerminkan dengan pemungutan biaya masuk melalui pintu masuk desa Serangan terhadap masyaratkan yang berasal dari luar desa Serangan.
Pengenaan biaya masuk ini di satu pihak berdampak positif sebagaimana diuraikan di atas, tetapi dipihak lain seakan-akan merasa terlalu komersial, padahal wilayah desa Serangan juga merupakan wilayah Bali secara utuh. Hal ini nampak kurang memperhatikan pertimbangan sosial, karena untuk masuk ke pulau Serangan setiap orang dianggap sebagai wisatawan, tidak dibedakan seseorang sebagai wisatawan dan sebagai masyarakat Bali. Semestinya karcis masuk tersebut dilakukan pemilahan biaya karcis dimana masyarakat Bali tidak semestinya dikenakan karcis sebagaimana yang berlakum saat ini. Dari sisi ini terlihat nuansa pengembangan pulau Serangan memiliki kesan negatif bagi masyarakat Bali sendiri.
Secara positif, masyarakat desa serangan menjadi lebih maju. Hal ini bisa dibuktikan dengan telah mulai adanya sejumlah masyarakat yang termotivasi untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang sarjana bahkan belakangan sampai jenjang pasca sarjana, demikian juga terhadap kehidupan politik masyarakat dimana tokoh-tokoh politik juga telah mulai muncul dari pulau Serangan . Nilai sosial budaya yang muncul dari perkembangan obyek wisata serangan adalah sebagai pemicu masyarakat ingin bergerak lebih maju. Contoh lain dari sisi sosial budaya yang secara positif dari hal ini adalah bahwa masyarakat desa Serangan telah tergerak secara positif untuk ikut bersaing di dunia yang semakin moderen.
Budaya masyarakat yang awalnya mengandalkan hasil dari potensi laut telah berubah pada beberapa potensi lainnya seperti pengoptimalan sarana-sarana kegiatan olah raga laut (water sport) dan kegiatan ekonomi perdagangan lainnya.
- Pusat P3R - YAE (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Perekonomian Rakyat - Yayasan Agro Ekonomika)
- Komisi Ilmu-Ilmu Sosial - AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia)
- Bina Swadaya
- Perhepi (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia)
- ISI (Ikatan Sosiologi Indonesia)
- Gema PKM (Gerakan Bersama Pengembangan Keuangan Mikro Indonesia)
WAKTU DAN TEMPAT
Waktu: Selasa (2 minggu sekali), Januari - Juli 2002 (lihat JADWAL)
Pukul: 14.00 - 16.30 WIB
Tempat: Financial Club, Graha Niaga Lantai 2 atau 27, Jl. Jend. Sudirman, Jakarta
Latar Belakang
Sejak terjadinya kontraksi ekonomi “nasional” –13,4% pada tahun 1998, pakar-pakar pesimis bahwa ekonomi nasional akan dapat pulih kembali dalam waktu kurang dari 5 tahun. Namun terbukti hanya dalam 2 tahun ekonomi nasional telah tumbuh 4,8% dan tahun 2001 diperkirakan tumbuh 3,5%. Bahwa pertumbuhan ekonomi cukup mengesankan pada saat masih terjadi “pelarian modal $10 milyar per tahun selama 1998-2001”, dan perbankan dalam negeri belum mulai mengucurkan kredit investasi, menimbulkan pertanyaan tentang sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut.
Jika orang kini mulai berbicara tentang “potensi ekonomi domestik”, maka para pejuang dan simpatisan ekonomi rakyat dengan tegas menyatakan “itulah sumbangan sektor informal ekonomi rakyat.” Di Kabupaten Lamongan Jatim misalnya, tidak seperti gambaran ekonomi nasional, sektor keuangan tidak mengalami penurunan saat krismon tahun 1998 karena kontraksi keuangan bank dengan –35% dikompensasi dengan pertumbuhan keuangan non-bank dengan +2,5%. Jika pada tahun 1997 nilai absolut (pada harga konstan 1993) keuangan non-bank 13 kali lebih besar dari keuangan bank, pada tahun 2000 menjadi 50 kali, yaitu masing-masing Rp201 juta dan Rp9,9 milyar.
Ekonomi rakyat adalah sektor ekonomi informal yang belum tercakup dalam konsep sektor UKM, dan sebagian besar sektor informal ekonomi rakyat belum termasuk dalam perhitungan resmi PDB (Produk Domestik Bruto) atau PNI (Pendapatan Nasional Indonesia). Ekonomi Rakyat adalah kancah kehidupan produksi wong cilik (rakyat kecil).
Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan seminar selama 6 bulan (12 kali pertemuan) adalah memberikan kepada peserta penyadaran tentang pengertian ekonomi rakyat (secara kuantitatif dan kualitatif), serta peranannya dalam perekonomian daerah dan perekonomian nasional. Berbagai ceramah akan diberikan oleh pakar-pakar ekonomi rakyat bidang pertanian, perindustrian, perdagangan, dan keuangan internasional/ keuangan mikro, termasuk perkoperasian sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat.
Pusat P3R (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Perekonomian Rakyat) yang didirikan YAE (Yayasan Agro Ekonomika) akan memaparkan hasil-hasil kajian yang beberapa diantaranya sudah terbit dalam buku-buku hasil kerjasama dengan Bappenas dan Pemda-Pemda se-Kalimantan, Sulawesi Tengah, Maluku, Irian Jaya, Bali, dan Nusa Tenggara.
Komisi Ilmu-ilmu Sosial AIPI mendukung kegiatan ini sebagai manifestasi keinginan pengembangan ilmu-ilmu sosial yang benar-benar sesuai kebutuhan masa depan bangsa Indonesia.
Peserta
Peserta diharapkan berasal dari kalangan luas yang selama ini bersimpati pada sektor ekonomi rakyat tetapi tidak pernah memperoleh akses pada data-data empirik secara langsung. Mereka adalah pejabat-pejabat pemerintah, pelaku bisnis dan redaktur-redaktur ekonomi surat kabar dan majalah tingkat pusat, yang sangat tergantung pada data-data makroekonomi terbitan badan-badan resmi seperti BPS dan Bank Indonesia. Secara khusus anggota-anggota Korps Diplomatik bidang ekonomi akan dapat mengikuti 12 pertemuan seminar dengan hasil pemahaman masalah-masalah yang dihadapi ekonomi rakyat dan bagaimana mengatasinya.